Menengok "45 hari" Mau Tambah Lagi-nya Kami



Menjadi mahasiswa tahun terakhir adalah salah satu periode dimana tanggung jawab semakin besar. Tanggung jawab akan ilmu yang didapat akan disalurkan lewat penelitian dan pengabdian. KKN atau Kuliah Kerja Nyata yang menjadi mata kuliah wajib mahasiswa tahun terakhir menjadi wadah untuk pengabdian kami. Bulan februari kami berkumpul untuk dibekali kiat-kiat menjalankan peran di masyarakat, di bulan yang sama kami juga dipertemukan dengan mahasiswa dengan latar belakang jurusan yang berbeda untuk memulai pengalaman yang katanya “tidak terlupakan” ini.

Tepatnya di malam tanggal 27 Februari, saya dengan rombongan mahasiswa KKN meninggalkan kawasan kampus kami diantar oleh rekan sejawad dengan harapan apa yang menjadi niat kami untuk belajar dan berbagi dapat terlaksana. Perjalanan menuju Larompong, Luwu, daerah penempatan rombongan mahasiswa KKN terasa singkat karena perjalanan dihabiskan dengan tidur. Waktu shalat subuh menjadi penanda sampainya rombongan di Kecamatan Larompong tepatnya di kantor Camat Larompong. Butuh waktu beberapa jam dimulainya acara penerimaan mahasiswa KKN oleh Camat dan tokoh masyarakat setempat. Bersama dengan Kepala Desa Rante belu, saya beserta keenam teman menuju desa dimana kami akan mengabdi.

Desa Rante Belu merupakan salah satu desa dengan lokasi sepanjang jalan poros menuju Palopo. Desa yang berada dekat dengan laut dan gunung serta masyarakat dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda membuat kami tertantang untuk merencanakan program kerja yang mencakup seluruh lapisan masyarakat. Dengan perasaan campur aduk, gugup dan juga bersemangat, kami memulai peran kami untuk mengenal dan berusaha beradaptasi. Beruntung, kami berada di lokasi dimana buah-buahan sangat mudah ditemui apalagi musim buah masih berlangsung di Desa ini. Kepala Desa beserta keluarga menjadi keluarga baru kami, tinggal bersama mereka merupakan salah satu yang kami syukuri sebab perlakuan dan kesan yang kami terima membuat betah dan menimbulkan perasaan berada di keluarga sendiri.

Awal kegiatan observasi dilakukan dengan berkunjung menuju masing-masing kepala dusun di Desa kami, cukup melelahkan karena dengan polosnya kami berjalan kaki dengan jarak yang lumayan jauh. Hari-hari selanjutnya dipenuhi dengan kegiatan seperti merumuskan program kerja, seminar program kerja, berkenalan dengan tokoh masyarakat dan pemuda setempat, bergotong royong dan ikut andil dalam berbagai kegiatan yang dipelopori oleh masyarakat setempat. Program kerja kami dijalankan dengan sebaik-baiknya dan dibantu oleh berbagai kalangan, mulai dari siswa, remaja masjid, pemuda serta tokoh masyarakat setempat. Rasa syukur akan sambutan dan segala bentuk bantuan yang telah masyarakat desa Rante belu berikan memberi semangat lebih untuk menjalankan program kerja kami.

Dari berbagai program kerja yang dilaksanakan, pembuatan nomor rumah adalah yang paling saya ingat. Bagaimana tidak, mulai dari mendesain, mencetak, menggunting cetakan dan A B C D proses lainnya kami jalankan bahu membahu dengan aparat desa dan pemuda. Butuh waktu hingga dua minggu lamanya proses pembuatan nomor rumah ini dapat diselesaikan. Belum lagi kegiatan pekan olahraga yang dipenuhi jadwal memindahkan lapangan sebab becek dan banjir karena hujan yang mengguyur hampir setiap hari. Teman-teman KKN yang berasal dari latar belakang jurusan berbeda patut diapresiasi atas kerja keras dan semangat mereka dalam menjalankan masing-masing peran untuk menyukseskan acara dan berbagai program kerja kami. Ditambah dengan kehidupan setiap harinya kami selama di posko, interaksi dan hubungan kami dengan Kepala desa beserta Istri dan anak-anaknya, wejangan dan nasihat serta berbagai ilmu tersirat dan tersurat memberi kenangan yang tidak bisa hanya lewat saja di memori kami.

Kemudian, ada teman-teman seperjuangan yang senang susah kami lalui sama-sama dan yang awalnya saling membelakang karena belum kenal dan akrab kini jadi teman yang saling merangkul dan menangis serta tertawa bersama. Teman-teman KKN yang saya maksud adalah orang-orang hebat yang selalu bersemangat dan sangat teramat rajin bepergian (konteks yang macam-macam). Kami umpama sekelompok anak itik yang tidak bisa dipisahkan, setiap tempat kami datangi lengkap bertujuh, kadang kala tinggal berenam, sebab koordinator desa kami senang sekali bersama anak-anak SD di lingkungan posko. Meskipun, datang dari berbagai kepribadian, kami cepat akrab dan sudah bisa saling calla. 
Mulai dari Inayah, mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah yang merupakan bendahara serta berperan aktif dalam menghandle acara sebagai MC, calon istri paket lengkap selengkap botol-botol perawatan wajahnya, senang dan jago masak (kelebihan yang menjadi magnet para pemuda di Desa kami) apalagi rasa seduhan kopinya yang bisa mendatangkan para pemuda desa untuk membantu pekerjaan program kerja kami. Kesan pertama saya bertemu Inayah cukup berbanding lurus dengan sepak terjangnya selama KKN. Dia sedikit Bossy, cerewet, dan pandai belum lagi soal mengurusi acara ataupun kegiatan selama KKN, bisa dibilang dia adalah orang yang akan sangat dinantikan perannya. 45 hari menjadi partner memasaknya di dapur, memberi saya sedikit kemampuan memasak (ini karena saya datang dengan level memasak standar anak kos). Bagaimana tidak, saya adalah asisten dapurnya dia, segala macam masakan dari kue pisang sampai masakan berat lainnya, sayalah yang mendampinginya (semacam pencicip, dan kuli penghalus bumbu). Selain itu, dia sosok yang perhatian belum lagi dia adalah salah satu relawan yang cukup aktif, dan cukup cerewet dalam berbagai hal, belum lagi kemampuannya merangkai kata-kata dengan unsur gombalan membuat saya pening karena terlalu sering diperdengarkan. Terakhir, Inayah adalah role modelnya Nurbi.

Nurbianti, mahasiswa jurusan Biologi fakultas Sains dan Teknologi yang sangat terkenal dengan kerapa-rapaannya. Teman sekamar Inayah dan juga mendeklarasikan diri sebagai murid Inayah. Sekretaris di posko kami, yang berbicara dengan volume diatas rata-rata dan kecepatan rata-rata pula. Kemampuan menulis suratnya patut diacungi jempol, salah satunya karena tahan bantingnya dia soal koreksian. Cewek takalar dengan ciri khas “Ooi-Oi”nya ini adalah salah satu daya tarik di posko kami, orang yang berterus terang dan lagaknya dari luar keliatan sehat fisik dan mental tapi cukup emosional dan gampang menangis memberi kesan yang unik pula untuk saya. Kalau soal level masak memasak dia satu tingkat di bawah Inayah, orangnya gesit di dapur dan gesit dimana-mana (harusnya rapa-rapa). Berdedikasi untuk segala yang dia lakukan, gampang akrab dan aktif dalam berbagai kegiatan, tidak habis bahan pembicaraan bersama dia dan Inayah.
Selain Inayah dan Nurbi, ada Ilham Bahar sebagai pelengkap trio cerewet di posko kami. Si Ilham ini kalau jauh ibarat makan kapurung tampa sagu. Cerewet dan lucu adalah nama tengahnya, jago tilawah, dan atur acara (atur jadwal bepergian juga dia jagonya). Mahasiswa jurusan akuntansi dengan berbagai prestasi ini cukup dirindukan ketidakhadirannya sebab riuhnya posko karena tertawa dipelopori olehnya. Dia dengan segala bentuk leluconnya adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Untuk soal mengatur jadwal, dia dapat diandalkan. yang paling cerewet juga soal tepat waktu. Meskipun berbadan kurang berisi, dia paling sering saya dengar mengeluh lapar, paling sering saya dengar ajakan beli cemilan dan ajakan makan baksonya. Meskipun demikian, dia adalah Captain yang sangat diandalkan saat Festival anak saleh kami adakan. Selain melatih anak-anak persiapan lomba, dia juga melatih untuk acara ramah tamah. Tak tanggung-tanggung, mulai dari vokal grup sampai kasidah dia lebih jago memberi pelatihan daripada kami berenam ini.

Sosok kakak yang berperan aktif dalam pelaksanaan pekan olahraga di desa kami adalah Andi Nanda Afrio Akbari, akrabnya Kak Rio. Senior jurusan Teknik Arsitektur yang mumpuni soal menyopiri kami semua ini dikenal dengan perannya yang aktif sebagai ketua kegiatan pekan olahraga yang tidak kenal lelah (beberapa kali masih kami dengar keluhannya sih). Dia adalah pelopor pendesainan dan pembuatan papan wicara dan papan batas dusun, sosok kasat mata yang mendasari adanya keakraban dengan pemuda-pemuda di desa kami. Ibarat dia adalah perantara sehingga bala bantuan mendatangi posko kami. Bersama dengan Ilham, dia adalah brand membeli galon dan mencuci piring dengan sogokan kopi. Kak Rio ini adalah orang yang santai dan rileks, karena sosoknya itulah kadang kalau posko riuh dengan jadwal yang mepet soal acara kemudian tumpah tindihlah tanggung jawab, dia datang dan jadi penenang serta penasihat agar tetap rileks dan santai. 

Kasmiati, saudari sekaligus teman sekamar saya dan juga teman selevel saya soal masak adalah mahasiswa jurusan peradilan agama Fakultas Syariah. Kesan pertama sebagai salah satu yang paling kalem dan tidak banyak bicara ini sebenarnya adalah partner bicara dan mengemil yang asyik. Cukup rajin membersihkan kamar, rajin cuci piring dan bentuk bersih-bersih lainnya (termasuk perawatan wajah sebelum tidur). intinya dia adalah bentuk nyata dari “don’t judge a book from its cover” dari luar pendiam sekalinya kenal tidak bisa diam juga ternyata. Selain itu, dia adalah teman kamar yang perhatian (perhatian atas kebersihan, kesehatan, makanan hingga ada tidaknya obat nyamuk) serta pendengar yang baik.

Satu lagi penghuni posko Desa Rante belu yang bertanggung jawab sebagai koordinator posko. Dikenal dengan Pak kordes atau aslinya Asrul, mahasiswa jurusan akidah dan filsafat Islam. Sosok yang kalem dan senang bermain dengan anak-anak SD di lingkungan posko kami, bisa dibilang dialah Bos dari anak-anak yang sering datang membantu membersihkan lapangan. Yang setiap pagi sudah tidak kelihatan sosoknya karena bepergian dengan anak-anak, kadangkala bikin kalang kabut mencari karena keseringannya hilang. Setiap ada undangan memberi kultum, Asrul adalah nama paling depan untuk diajukan. Orang yang bekerja diam-diam dan tidak menonjolkan dirinya. 

Bersama mereka ini, kami seumpama tim Avengers dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing kemudian bekerja sama menyelamatkan ‘dunia’. 45 hari yang singkat ini saya banyak belajar, merefleksikan diri dan mendapatkan beberapa hal yang cukup membuat saya emosional hanya karena mengingat tindak tanduk kami selama berKKN.  Senang sekali ketika mengingat hobi kami yang suka jalan-jalan naik gerandong, mobil pick up yang sering sekali manja kalau diajak jalan. Belum lagi kalau sudah mogok manja, maunya didorong saja. Belum lagi suaranya yang berisik dan visualnya yang gagah cukup menarik perhatian setiap orang sepanjang jalan. Ada banyak hal yang berkesan sekaligus mendewasakan pola pikir dan sikap kami selama berKKN. Masalah internal berupa salah paham, tidak mau mengalah dan sebagainya mengajarkan kami untuk lebih terbuka dalam berkomunikasi, lebih sabar dan lebih bisa menghargai pendapat orang lain. Hubungan dengan berbagai lapisan masyarakat mengajarkan kami bagaimana mengambil peran dan bersikap semestinya, serta menjalin komunikasi yang baik sehingga hubungan kami dan seluruh masyarakat dapat terlain erat hingga saat ini. 

Selama KKN, proses timbal balik seperti memberi dan menerima adalah hal yang selalu kami temui. Kadang kami berbagi ilmu dengan adik-adik disana, kadang pula kami yang berguru dengan tokoh masyarakat disana. Hubungan seperti inilah yang menjadi proses Kuliah Kerja Nyata yang nilainya lebih dari sekedar 4 sks. Hingga saat ini, apa yang telah kami lalui selama berKKN menjadi salah satu topik wajib yang selalu kami kenang dan kami petik hikmahnya sebagai salah satu bekal untuk mempersiapkan diri di kehidupan yang akan kami jalani selepas masa kuliah kami sebagai mahasiswa S1 di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Terimakasih kepada seluruh pihak yang turut andil dan berperan 

Comments

Popular posts from this blog

Chapter 1 "Mamak"

TUGAS BAHASA INDONESIA WAKTU SMP (dapat dari buku berdebu berbungkus kertas warna merah dengan label "Buku Bahasa Indonesia" Widya